Optimisme Indonesia Menavigasi Ketidakpastian Global Lewat Diplomasi dan Strategi Industri

Sejumlah tokoh ekonomi, diplomasi, dan industri menilai bahwa Indonesia masih memiliki ruang yang cukup untuk bergerak secara strategis di tengah ketidakpastian global yang terus berlangsung. Hal ini disampaikan dalam sebuah diskusi publik yang diadakan di Jakarta, dengan fokus pada bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan peluang di tengah dinamika kebijakan global.

Ekonom senior dan mantan Gubernur Bank Indonesia, Soedradjad Djiwandono, menyampaikan bahwa dinamika kebijakan negara-negara besar seringkali tidak terduga dan membawa dampak luas terhadap sistem perekonomian global. Ia menyoroti pentingnya Indonesia bersikap lincah dan adaptif dalam merespons perubahan global yang cepat.

“Dunia saat ini sangat saling bergantung. Satu kebijakan sepihak dari negara besar dapat memicu efek berantai pada sistem pasokan dan perdagangan global,” ujar Soedradjad. Ia mengingatkan bahwa Indonesia harus menjaga keseimbangan hubungan internasional, tanpa terlalu condong ke satu pihak.

Menurutnya, pendekatan seperti yang dilakukan Singapura bisa menjadi contoh, yaitu bersahabat dengan semua negara dan tetap menjaga kepentingan nasional. Soedradjad juga memuji langkah aktif pemerintah Indonesia, seperti pengiriman delegasi ekonomi ke berbagai negara dan upaya memperluas kerja sama dengan mitra non-tradisional. Ia menyebut kemampuan membeli komoditas strategis dengan rupiah sebagai langkah cerdas untuk memperkuat cadangan devisa nasional.

Sementara itu, Duta Besar Indonesia untuk Tiongkok, Djauhari Oratmangun, menyampaikan bahwa hubungan dagang Indonesia dengan Tiongkok saat ini sangat kuat, dengan nilai transaksi yang jauh lebih besar dibandingkan dengan beberapa kawasan lain. Ia melihat ini sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor dan menarik lebih banyak investasi asing.

Djauhari juga menyoroti peran penting diplomasi aktif dalam menjaga posisi Indonesia dalam lanskap global yang terus berubah. Ia percaya bahwa pendekatan yang seimbang dan strategis dapat membantu Indonesia tetap relevan di tengah kompetisi global.

Dari sisi pelaku industri, Presiden Direktur Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Nandi Julyanto, menekankan pentingnya memperkuat pasar dalam negeri melalui peningkatan daya beli masyarakat. Menurutnya, industri otomotif nasional tidak secara langsung terdampak oleh perubahan kebijakan luar negeri, namun tekanan global tetap terasa melalui penurunan permintaan dari negara mitra ekspor.

“Pasar domestik dalam sepuluh tahun terakhir relatif stagnan, jadi fokus utama kami adalah bagaimana merangsang permintaan di dalam negeri dengan dukungan kebijakan pemerintah,” jelas Nandi. Ia mencontohkan insentif pajak kendaraan selama masa pandemi sebagai bukti nyata bahwa kebijakan fiskal bisa berdampak langsung pada pertumbuhan sektor otomotif.

Nandi juga menyampaikan bahwa perubahan dalam rantai pasok global membuka peluang baru bagi Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam industri kendaraan listrik. Toyota, menurutnya, tengah mengembangkan pabrik baterai dan komponen kendaraan listrik di Indonesia melalui kerja sama dengan mitra internasional.

“Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi global untuk baterai, unit penggerak listrik, dan sistem kontrol daya,” katanya.

Ia menambahkan bahwa meningkatnya produksi kendaraan listrik di negara lain juga membuka potensi masuknya produk-produk baru ke pasar Indonesia. Meski hal ini dapat memengaruhi persaingan di dalam negeri, Nandi menyebut bahwa pada akhirnya keputusan tetap ada di tangan konsumen.

Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Toyota juga tengah mengeksplorasi pasar ekspor baru dan memperluas kapasitas produksi untuk mengantisipasi perubahan permintaan global.

“Di balik setiap tantangan, selalu ada peluang. Tugas kita adalah mengenali peluang tersebut dan menjalin kemitraan yang tepat,” pungkasnya.