Baju sangkarut merupakan pakaian khas suku Dayak Ngaju yang bermukim di Provinsi Kalimantan Tengah. Sebagai salah satu warisan budaya, baju ini memiliki nilai historis dan filosofis yang mendalam. Namun, seiring perkembangan zaman, keberadaannya semakin langka karena banyak masyarakat beralih ke pakaian modern yang lebih praktis dan nyaman.
Apa Itu Baju Sangkarut?
Baju sangkarut adalah pakaian adat berbentuk rompi yang dikenakan oleh laki-laki suku Dayak Ngaju. Dalam bahasa setempat, istilah “sangkarut” berasal dari kata “sangka,” yang berarti pembatas. Filosofi di balik baju ini adalah kemampuannya untuk menjadi pelindung pemakainya dari gangguan roh halus serta pengaruh negatif dari orang jahat. Oleh karena itu, baju ini tidak hanya memiliki fungsi estetika, tetapi juga spiritual.
Baju sangkarut juga dikenal dengan sebutan “baju basulau” karena biasanya dilapisi dengan sulau, yaitu hiasan dari kerang. Hiasan ini melambangkan kekuatan dan perlindungan bagi pemakainya. Dalam budaya Dayak Ngaju, kepercayaan terhadap roh dan energi mistis masih kuat, sehingga baju ini diyakini memiliki peran penting dalam menjaga keselamatan penggunanya.
Bahan dan Proses Pembuatan
Baju sangkarut dibuat secara tradisional menggunakan bahan-bahan alami yang berasal dari hutan Kalimantan. Beberapa bahan utama yang digunakan antara lain:
-
Serat tumbuhan, seperti serat daun nanas, serat daun lemba, serat tengang, dan serat kulit nyamu.
-
Kulit nyamu, yaitu kulit tumbuhan pinang puyuh yang banyak ditemukan di ekosistem hutan hujan tropis. Kulit ini memiliki tekstur keras dan berserat, sehingga dapat dianyam dan dibentuk menjadi rompi.
Dalam proses pembuatannya, serat-serat ini dirajut secara manual hingga membentuk struktur rompi yang kokoh. Selain itu, baju sangkarut sering kali dihiasi dengan berbagai ornamen yang memiliki makna simbolis. Beberapa hiasan yang digunakan meliputi:
-
Tempelan kulit trenggiling
-
Kancing dan uang logam
-
Manik-manik berwarna-warni
-
Ajimat atau benda-benda yang diyakini memiliki kekuatan magis
Perubahan dan Pelestarian
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Dayak Ngaju mulai berinteraksi dengan suku-suku lain yang datang ke Kalimantan Tengah. Hal ini menyebabkan perubahan dalam cara mereka menghiasi pakaian adat mereka. Misalnya, manik-manik yang sebelumnya hanya terbuat dari biji-bijian, kayu, dan tulang kini mulai menggunakan bahan yang lebih modern.
Meski kini jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, baju sangkarut tetap dilestarikan sebagai bagian dari budaya suku Dayak Ngaju. Pakaian ini masih sering digunakan dalam upacara adat dan festival budaya untuk memperkenalkan warisan leluhur kepada generasi muda.
Pelestarian baju sangkarut menjadi tantangan tersendiri di tengah modernisasi. Oleh karena itu, berbagai komunitas budaya dan pemerintah daerah berupaya untuk menjaga keberadaan baju ini melalui pameran budaya, festival adat, dan program edukasi bagi masyarakat setempat. Dengan demikian, warisan budaya suku Dayak Ngaju ini dapat terus dikenal dan dihargai oleh generasi mendatang.