Apakah Kamu Mengetahui Arti Sombong Yang Sebenarnya
DUNIA ISLAM || KOPATAS.NEWS
๐ *”Saudaraku mari kita buka hari ini dengan membaca
ุงูููููฐููู ูู ุฅูููููู ุฃูุณูุฃููููู ุนูููู ูุง ููุงููุนูุงุ ููุฑูุฒูููุง ุทููููุจูุงุ ููุนูู ููุงู ู ูุชูููุจูููุงู
“Allahumma inni as aluka โilman naafiโaa wa rizqan toyyibaa wa โamalan mutaqabbalaa”
โYa Allah, sungguh aku memohon kepadaMu ilmu yang manfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.โ
(HR. Ibnu As-Sunni dan Ibnu Majah)
Menolak kebenaran dan
meremehkan Manusia
Rasulullah mendefinisikan dalam sebuah riwayat,
“Kibr (sombong) adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.”
(HR Muslim).
Dua kata kunci : yaitu MENOLAK KEBENARAN dan MEREMEHKAN MANUSIA, itulah yang namanya SOMBONG
Ketika ada rasa ingin menonjolkan dan membanggakan diri, dan ketika hati kita keras menerima nasihat terlebih dari yang lebih muda, ketika pendapat kita enggan untuk dibantah bahkan tidak jarang dipertahankan dengan dalil yang dipaksakan, ketika kita tersinggung tidak diberi ucapan salam terlebih dahulu, ketika kita berharap tempat khusus dalam sebuah majlis, ketika kita tersinggung titel dan jabatan yang dimiliki tidak disebut, maka jangan jangan virus takabbur telah meracuni diri kita.
BACA JUGA : https://kopatas.news/2023/01/23/satu-jam-setelah-subuh-itu-penting/
Imam Ghozali mengajari cara mawas diri agar kita tidak terjebak dalam sikap merasa lebih baik.
KETIKA kita melihat seseorang yang belum dewasa, kita bisa berkata dalam hati: “Anak ini belum pernah berbuat maksiat, sedangkan aku tak terbilang dosa yang telah kulakukan, maka jelas anak ini lebih baik dariku.”
KETIKA kita melihat orang tua, “Orang ini telah beramal banyak sebelum aku berbuat apa-apa, maka sudah semestinya ia lebih baik dariku.”
KETIKA kita melihat seorang ‘alim, orang ini telah dianugerahi ilmu yang tiada kumiliki, ia juga berjasa telah mengajarkan ilmunya, mengapa aku masih juga memandang ia bodoh, bukankah seharusnya aku bertanya atas yang perlu kuketahuiโฆ?”
KETIKA kita melihat orang bodoh, ” orang ini berbuat dosa karena kebodohannya, sedangkan aku ? aku melakukannya dengan kesadaran bahwa hal itu maksiat, betapa besar tanggung jawabku kelak.
Lantas, atas dasar apa kita membanggakan diri ?, bukankah dunia ini bersifat fana ?, bukankah kekayaan, pangkat, kecantikan, keturunan, pengikut, dan ilmu merupakan anugerah Allah yang bersifat sementara ? ,tidak permanen ? dan dapat dicabut sewaktu waktu jika Allah menghendaki.
Lagi pula, bukankah yang dilihat oleh Allah adalah ketakwaan seorang hamba? dan bukan kekayaan, pangkat, fisik, keturunan?, maka adalah aneh sikap anak manusia yang merasa ana khairun minhu (aku lebih baik dari pada dia) itulah ucapan iblis.
Maka dari itu berhati-hatilah dari sikap sombong, semoga kita menjadi hamba Allah tawadhu’ (sikap merendahkan di hadapan Allah).
Semoga Allah memberikan Hidayah dan Rahmat-Nya serta menerima amal ibadah kita.
ุจูุงุฑููู ุงููููฐู ููููููู ู
Sumber : Grup WAG “Sehat Islami”